Politik    Sosial    Budaya    Ekonomi    Wisata    Hiburan    Olahraga    Kuliner    Film   
Home » , , , , , » Memilih Siapa, Sebelum Membahas Apa

Memilih Siapa, Sebelum Membahas Apa

Posted by CahNgroto.NET on Monday, October 5, 2015

Oleh: Gus Rijal MZ*

Para ksatria zaman dulu hanya mau memakai senjata bikinan empu tertentu. Banyak pandai besi bertebaran namun hanya ada sedikit dari mereka yang istimewa: produknya dibikin terbatas, kualitas terjaga baik, dibuat dengan bahan spesial, disertai dengan sentuhan ruhani pembuatnya, biasanya dengan laku tirakat. Hasilnya luar biasa. Para ksatria rela antre menggunakan produk bikinan para pandai besi terpilih itu. 

Dalam dunia lukis juga sama. Ada pelukis masterpiece: jumlah produknya terbatas namun kualitas di atas rata-rata. Cerita di balik pembuatannya juga mengiringi penilaian para kurator dan kolektor terhadapnya. Hasilnya, beberapa kolektor papan atas hanya memburu karya-karya pelukis tertentu yang memiliki sentuhan kuas yang kuat, berkarakter, dan khas. Dari banyak pelukis, hanya beberapa saja yang sangat spesial.

Soal ini rupanya juga menular dalam karya akademis dan soal pilihan citarasa intelektual-ruhani. Dari banyak penulis, hanya beberapa saja yang meninggalkan kesan kuat di mata pembaca. Bukan semata karya tersebut enak dinikmati, lebih dari itu banyak orang jatuh cinta terhadap penulisnya dan lelaku ruhani di balik pembuatan karyanya. 

Di tanah air, kitab yang menjadi kegemaran para ulama di antaranya adalah Ihya Ulumiddin. Imam al-Ghazali telah menjadi purwarupa dan cetakbiru lelaku para ulama kita. Ada juga kitab al-Hikam nya Imam Ibnu Athaillah. Ketertarikan beliau-beliau mengkaji dua kitab ini adalah di antaranya karena ketinggian ruhani muallifnya. Dalam hal tafsir juga demikian. Banyak pesantren yang memilih mengaji Tafsir Jalalain, karena selain mudah dipahami, juga untuk ta'lim-tabarruk terhadap ketinggian derajat ruhani Imam Jalaluddin al-Mahalli dan Imam Jalaluddin as-Suyuthi.
Di sini, bukan perkara meninggikan satu-dua penulis lalu merendahkan derajat penulis lainnya. Melainkan karena ada unsur-unsur yang lebih magnetik yang bisa mendekatkan emosional seseorang dengan penulis tertentu sekaligus mengikat ruhani dengannya, misalnya pengamal Tarekat Syadziliyah dengan kitab al-Hikam.

Singkat kata, sebagaimana proses pemilihan senjata zaman dulu, pilihan akademis maupun ruhani sepanjang zaman dilakukan dengan pertimbangan matang di antaranya dengan melihat siapa penulisnya. Ini juga yang dilakukan guru saya dulu manakala mengajar Risalah Mu'awanah dan Nashoihud Diniyah. Beliau mewajibkan kami semua dalam kondisi suci saat ngaji dua kitab tersebut agar keberkahan menaungi majelis kami. "Kita belajar dan tabarrukan dengan kemuliaan derajat dan ketinggian ilmu Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad." kata beliau. Tak lupa mengajak kami melantunkan fatihah untuk beliau, disusul dengan Ratibul Haddad sebelum ngaji dan Wirdul Lathif--dua gubahan Imam Al-Haddad--usai ngaji yang saya ikuti sambil terkantuk-kantuk itu (haha).

Dan, sebagaimana pilihan guru saja di atas, saya yakin banyak orang yang melakukan hal demikian: memilih "siapa" terlebih dulu, sebelum membahas "apa".

WAllahu A'lam Bisshawab

SHARE :
CNN Blogger

Post a Comment

 
Copyright © 2015 CahNgroto.NET. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Template by Creating Website and CB Blogger