Kesultanan Demak terletak di Glagah, Demak, Jawa Tengah. Raden
Fatah, yang bernama asli Tan Eng Hwa, adalah raja pertamanya. Atas restu
Dewan Ulama, yang kita kenal dengan Walisongo, Raden Fatah mengumpulkan
balatentaranya (rakyatnya) sejumlah 350 ribu untuk membalas kedzaliman
Majapahit. Yang mana dulu para orangtua mereka telah dibunuh oleh
orang-orang Majapahit.
Ditunjuklah seorang panglima untuk
memimpin tentara sebanyak itu, yaitu Sayyid Abdurrahman asal Ngroto
Demak (sekarang masuk wilayah Kab. Grobogan/Purwodadi). Beliau sosok yang
cerdas, jendral yang pandai membuat taktik. Ki Ageng Genjur, adalah
sebutan untuknya waktu memimpin tentara. Genjur adalah alat musik
tradisional di bawahnya Gong. Dalam bahasa Jawa disebut Thuthukan, di
dalam dunia perwayangan. Dinamai Genjur karena saat beliau memimpin
tentara memberikan aba-aba dengan suara "Thung!" satu kali untuk
berhenti. "Thung, thung" dua kali untuk berjalan. 350 ribu tentara
kompak mengikuti irama alat musik Genjur tersebut.
Hingga
sampailah mereka di Bengawan Solo, kemudian Bengawan Brantas di Kediri.
Waktu itu belum ada perahu. Atas inisiatif Ki Ageng Genjur dibuatlah
"gethek" (perahu kecil dari potongan-potongan bambu) untuk
menyeberangkan semua tentara di dua bengawan besar tersebut. Dengan
taktik itu beliau mampu menyeberangkan 350 ribu tentaranya dengan
selamat, tidak ada satu pun yang mati.
Setelah pensiun dari
kepanglimaan, beliau pergi ke Banten untuk berziarah ke Sultan
Hasanudin. Beberapa saat diam di situ, kemudian dilanjutkan ke Jakarta.
Daerah Jakarta yang didiami beliau itulah yang kemudian dinamai
Ciganjur, saat itu masih sepi. Kemudian sekarang menjadi tempat kediaman
almarhum Gus Dur. Karena Ki Ageng Genjur adalah kakek-moyangnya Gus
Dur. Maka berdiamnya Gus Dur di Ciganjur sama artinya kembali ke
keluarga mbahnya (kakek-buyut). Warga Ciganjur sebenarnya masih saudara
satu family dengan Gus Dur.
Silakan hadiri Haul Gus Dur di
Ciganjur nanti malam Ahad, dan Ahad paginya Kopdar Sarkub di
pesantrennya KH. Thobary Syadzily Tangerang Banten. (By_IBJ. Disarikan
dari Ceramah Gus Dur di Ponpes At-Taqiy, Kalipucang Kulon, Jepara,
asuhan KH. Nurkholis).
Ceramah Gus Dur menggunakan bahasa Jawa, sehingga kemungkinan
admin berpersepsi berbeda dengan maksud asli Gus Dur. Mungkin yang
dimaksud Gus Dur adalah, membalas kedzaliman bukan bermaksud balas
dendam. Melainkan ekspansi dakwah ke Majapahit untuk membuat gentar
mereka. Diperkuat dengan perkataan Gus Dur bahwa tak ada satu pun dari
350 ribu tentara yang mati.
----
#NB CahNgroto.NET:
Di
sebelah timur kompleks makam Syaikh Abdurrahman Ganjur Ngroto juga
terdapat makam Syaikh Gareng (Khoiron/Khoirun/Khoirulloh/Abdul Wahid/Pangeran Gareng?)
yg menurut riwayat tutur poro sepuh adalah ayah dari Kyai Asy'ari
(Pondok Keras/ Ayahanda Hadrotussyaikh Hasyim Asy'ari).
wallohu 'alam...
wallohu 'alam...
Post a Comment