Pada tanggal 24 Juni 2015, harian umum Suara Merdeka versi cetak dan versi online memuat tulisan tentang salah satu Pondok Pesantren yang ada di Desa Ngroto, Gubug, Grobogan, Jawa Tengah.
Berikut ini adalah tulisan yang termuat dalam SM versi online.
================================================
Profil Pondok Pesantren Salaf Putra Putri Miftahul Huda (PPMH) terletak di Jalan Kauman no. 10 A Ngroto,Gubug, Kabupaten Grobogan. Meski jauh dari perkotaan dan hiruk pikuk lalu lintas jalan raya, tetapi pondok ini menjadi jujukan banyak orang.
Karena selain sebagai pusat ngaji para santri, Ngroto juga menjadi pusat Majelis Al-Hidmah. PPMH menjadi salah satu tempat dilaksanakan kegiatan Gerakan Santri Menulis Sarasehan Jurnalistik Ramadan Suara Merdeka.
Nama Pondok Ngroto lebih popular di masyarakat ketimbang nama aslinya Miftahul Huda. Berdiri pada 1975 oleh Kiai Irsyad berada di sebelah selatan masjid Sirojuddin berupa dua bangunan rumah panggung. Pada tahun 1980 PP Assalafi Miftahul Huda pindah berubah menjadi nama ponpes Ustmaniyah karena pada tahun tersebut KH Masduri putra dari Kiai Irsyad ingin “Ngalap Berkah” dari gurunya yaitu Hadaratusyeh Kiai Muhammad Utsman al Ishaqi ra (Ayah Hadaratussyeh KH Ahmad Asrori al Ishaqy ra). Dengan perkembangan Thoriqoh Qodiriyah Wanaqsabandiyah, banyak masyarakat Ngroto pada khususnya belum mengerti atas keberadaan thoriqoh tersebut, maka pada tahun 1980 Kiai Masduri mendirikan zahwiyah untuk tawajuhah para jama’ah thoriqoh masa itu.
Pada 1984 Kiai Munir Abdullah pulang dari menuntut ilmu di pondok pesantren Darur Ubudiyah Roudhotul Muta’alimin yang diasuh oleh Hadaratussyeh KH Muhammad Utsman al Ishaqi ra. Tahun 1990 pondok yang keberadaan di selatan masjid dipindah satu panggung di utara masjid asuhan oleh KH. Masduri. Serta satu panggung di utara makam simbah Abdurrahman Ganjur yg di asuh oleh KH Munir Abdullah.
Bangunan pondok dipindah karena tanahnya terkikis oleh arus sungai Tuntang yang selalu bertambah melebar tiap tahunnya sehingga menjadikan tanah sekitar pondok longsor. Pada tahun 1990–2002 santri berjumlah 40 orang pada tiap tahunnya dan mayoritas santri tersebut adalah masyarakat kampung Ngroto sendiri.
Hingga pada tahun 2008 KH Masduri wafat dan yayasan Ustmaniyah diserahkan kepada putranya yaitu KH. M Fathul Rosyad dan barulah pada tahun tersebut KH. Munir Abdullah memulai mendirikan/menghidupkan lagi Pondok Pesantren Assalafi Miftahul Huda. Serta secara insfratruktur dan logistik banyak perkembangan di dalamnya baik dalam segi bangunan dan bertambahnya santri yang datang dari luar daerah. Hingga kini tercatat 480 santri putra-putri yang mukim di pesantren itu.
Visi Pondok Pesantren Assalafi Miftahul Huda yaitu menanamkan akhlaqul karimah atau budi pekerti yang mulia sejak dini sebagai bekal hidup dan kehidupan putra-putri dalam melanjutkan perjuangan salafus sholeh. Untuk melestarikan dan
mengembangkan suri tauladan, bimbingan dan tuntunan dalam perjuangan dan hidup serta kehidupan yang penuh akhlaqul karimah.
Menurut Kiai Munir Abdullah, misi pesantren Miftahul Huda adalah menyelenggarakan pengajaran/pendidikan formal atau nonformal yang berorientasi pada kelestarian dan pengembangan suri tauladan, bimbingan dan tuntunan dalam perjuangan dan hidup. Serta kehidupan yang penuh akhlaqul karimah.
Mempertahankan nilai-nilai salafusholeh, mengambil nilai-nilai baru yang positif, lebih maslahah dalam hidup dan kehidupan, beragama dan bermasyarakat. Membentuk pola pikir santri yang kritis, logis, obyektif, yang berlandaskan
kejujuran dan akhlaqul karimah.
Memberikan bekal keterampilan hidup, membangun jiwa santri yang mempunyai semangat hidup tinggi dan mandiri serta mampu menghadapi tantangan perubahan zaman. Secara global kegiatan-kegiatan yang ada di Pondok Pesantren Assalafi Miftahul Huda ada tiga.
Pertama bersifat Syiar. Kedua: wadlifah. Ketiga; pendidikan. Syiar meliputi manaqib dan maulid, pengajian kamisan, Manaqib malam 17-an bulan Qomariyah, haul, majelis dzikir, dan maulidurrasul saw. Wadlifah merupakan kegiatan yang bersifat berangkat(kegiatan yang bersangkutan langsung dengan Allah SWT, baginda Muhammad SAW, Sultonul Aulia’ Syeh Abdul Qodir al Jaelany ra dan Hadaratussyeh KH Ahmad Asrori al Ishaqy ra. Selain itu, berguna untuk menanamkan dan melatih tanggungjawab dan kejujuran hati kepada Allah SWT.
PP Miftahul Huda (PPMH) memiliki asrama santri yaitu dua komplek asrama putra, tiga komplek asrama putri, serta sejumlah gedung lain yaitu satu musholla, kantor, perpustakaan, aula, dapur/kantin, dan sejumlah kamar mandi. Selain belajar di pondok pesantren, sebagian besar santri juga mengikuti pendidikan formal di luar pesantren, dari mulai tingkat SD, MTS, SMK/MA hingga Perguruan Tinggi.
Bahkan, tidak sedikit santri yang telah menyelesaikan S1-nya di universitas-universitas di daerah sekitar Pondok Pesantren. Setiap malam 17 Qomariyah, di PPMH juga diadakan pengajian dan mujahadah yang diikuti oleh masyarakat luas. Adapun isi mujahadah tersebut adalah istighotsah, manaqib, dan maulid.
Jauh ke depan diharapkan PPMH mampu berkembang lebih baik dari segi fisik ataupun perannya bagi agama, masyarakat, dan negara. Selain sistem pendidikan berbasis salaf yang diterapkan oleh Pondok Pesantren Assalafi Miftahul Huda sebagai metode pembelajaran, Pondok Pesantren Assalafi Miftahul Huda juga berusaha mengembangkan pendidikan berbasis pengembangan kreativitas, intelektualitas, spiritualitas, dan bakat minat santri. Pendidikan ini bertujuan untuk mengembangkan dan memperluas khazanah santri dalam menggali ilmu pengetahuan.
(Agus Fathudin/ CN40/ SM Network)
Post a Comment