Politik    Sosial    Budaya    Ekonomi    Wisata    Hiburan    Olahraga    Kuliner    Film   
Home » » Makrifat Sang Guru Bangsa; K.H. Abdurrahman Wahid

Makrifat Sang Guru Bangsa; K.H. Abdurrahman Wahid

Posted by CahNgroto.NET on Wednesday, August 10, 2011

Oleh : Ahmad Sidqi |*
K.H Abdurrahman Wahid yang sering disebut dengan sapaan khas Gus Dur memiliki keistimewaan tersendiri dalam pola pikirnya. Beliau adalah sosok cucu dari pendiri Nahdhatul Ulama (NU) yakni Hadratusyekh K.H. Hasyim Asy'ari, yang sangat terkenal di bidang ilmu agama Islam, pendakwah ulung, bahkan juga sebagai martir perjuangan merebut kemerdekaan dari kalangan Islam. Gus Dur yang memiliki pola pikiran yang berbeda dari kiai lainnya. Banyak yang mengklaim bahwa Gus Dur seorang kiai liberal, kiai sesat, namun tak sedikit yang mendukung pola pikirnya.

Gus Dur secara sikap yang selalu ‘nyeleneh', dan humoris ini memiliki keistimewaan yang terdalam khususnya dalam sikap nilai keagamaannya. Slogannya yang selalu membuat kita terngiang-ngiang; "Gitu Aja Kok Repot!!" memiliki nilai multi kefilsafatan.

Pertama, dalam slogan Gus Dur ini memiliki sifat kerakyatan. Secara personal tampak sang kiai humoris yang lebih senang menggunakan sarung dan kopiah hitam ini tidak mementingkan dirinya. Sikap ke-‘adaan' dirinyalah yang tetap merendah hati, namun memiliki intelektualitas yang sangat besar.

Kedua, Gus Dur dalam penampilannya dirinya jarang menggunakan pakaian ala islami (jubah gamis, peci putih, bersurban kepala), berbeda dengan kiai-kiai lainnya. Baginya Islam bukanlah citra, jikalau Islam dijadikan citra, maka hancurlah akidah yang tertanam dalam diri.

Ketiga, Gus Dur selalu menggunakan jokes yang menarik untuk mengkritik pemerintahan, laksana rakyat jelata yang bodoh ingin menyuarakan aspirasinya. Tak jarang ketika masih menjadi presiden sering tidur pulas di dalam sidang MPR. Sikap tidur pulas Gus Dur juga merupakan sikap protes kepada para legislatif Indonesia. Alasannya, beliau melihat bahwa sidang MPR ngalor-ngidul, bahkan pernyataannya yang sangat menggemparkan bahwa MPR seperti 'taman kanak-kanak'.


Antara Makrifat dan Gerakan Sosial Gus Dur

Puluhan tulisan yang ditulis oleh Gus Dur dan terangkum dalam masterpisnya yang berjudul: "Islamku Islam Anda Islam Kita" (2006) membuktikan pengalamannya dalam perjuangan membela kebenaran seperti penolakannya yang keras terhadap khilafah islamiyah. Pembelaannya dan sikap pro terhadap Pancasila sebagai harga mati bangsa Indonesia. Kedua, sikap membela kepada kelompok marjinal seperti masyarakat Tionghoa yang dilegalisasikan dalam agama Konghucu. Kepercayaan warga Tionghoa terhadap konfusius (ajaran kebaikan Cina) yang sudah mengakar dalam sejarah bangsa Indonesia diakui sebagai bentuk multikulturalisme. Faktanya, warga Tionghoa tidak pernah membuat kekacauan politik di Indonesia. Harus diakui bahwa bangsa Indonesia sendirilah yang mendeskreditkan warga Tionghoa. Pembelaannya Gus Dur lainnya kepada Inul Daratista dan Ulil Absor Abdallah.

Inul Daratista seorang penyanyi dangdut yang 'hot' dalam setiap penampilannya,dengan ciri khas 'goyang ngebor' membuat resah para ulama. Apalagi perseteruannya dengan sang Raja Dangdut. Sang Raja Dangdut menilai bahwa Inul sudah menyalahi aturan agama dan seni. Inul dengan polosnya mengatakan bahwa saya mencari nafkah dengan cara ini. Pada dasarnya seni itu bebas nilai, jika mendapatkan profit itu adalah nilai lebih dari seni yang dihasilkan. Pembelaan kepada Ulil Abshar Abdallah selaku koordinator Jaringan Islam Liberal (JIL) sekaligus mantu dari K.H Mustofa Bisri atau yang akrab dipanggil Gus Mus. Ulil diklaim sebagai orang kafir yang merusak akidah dan syariat Islam. Gus Dur meluruskan kesalahan orang-orang yang mengklaim bahwa mudahnya mengkafirkan seseorang, sesuai dengan Hadist Nabi Muhammad; "Barangsiapa mengkafirkan saudara yang beragama Islam, justru ialah yang kafir".

Sikap yang ditunjukan Gus Dur bahwa Islam bukanlah cover tapi hakikat dan penghayatan. Hal ini senada juga dilakukan oleh sesepuh sufi akbar, yang bernama Dzunnun Al Mishri. Dzunnun Al Mishri, seorang sufi yang sibuk keluar masuk penjara untuk menolong orang yang tidak bersalah sekaligus berdakwah di jalan Allah, hingga akhirnya kekuasaan sultan Mesir yang lalim kala itu jatuh karena akhlak sang sufi mulia, seperti yang diajarkan Rasululloh. Sunan Kalijaga atau Raden Syahid Sang sufi nusantara sekaligus bagian dari walisongo, selalu sibuk keliling desa untuk 'macul bareng' dan berdakwah. Begitupula dengan almarhum K.H Hamim Djazuli atau sapaan akrabnya Gus Mik. Gus Mik yang terkenal sebagai 'papi-nya germo dan pelacur' ini tidak segan-segan 'melepaskan' baju islamnya. Beliau keliling kampung Dolly untuk 'indehoy' bersama pelacur dalam dakwah yang tak jemu-jemu.

Kesederhanaan Gus Dur itulah sebagai bentuk kezuhudan, tanpa memikirkan materi yang berlebihan namun tetap qona'ah (menerima apa adanya) dan istiqomah dalam memperjuangkan kebenaran. Penulis mengakui bahwa Gus Dur adalah seorang waliyulloh (wali hawariyyun). Hal ini bisa dibuktikan ketika beliau wafat jutaan pelayat tak segan-segan melayat, menyolatkan dan melantunkan doa untuk beliau. Bahkan Allah sendiri yang membuktikan kewaliyannya pada bulan Januari 2011 silam ketika terjadi ambles pada makam beliau. Ketika itupula Allah menunjukkan jasadnya dan kain kafan utuh tanpa cacat yang disaksikan oleh para pengurus pondok pesantren Tebuireng, Jombang. Adakah pemimpin lain yang memiliki spirit seperti Gus Dur dalam hal jiwa sosial maupun spiritual agamanya?.


*Penulis adalah Penggiat Islamic Transformative dalam sebuah komunitas yang bernama Ganjuran Institute, Alumni Fakultas Filsafat UGM

SHARE :
CNN Blogger

Post a Comment

 
Copyright © 2015 CahNgroto.NET. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Template by Creating Website and CB Blogger